Semuanya terlihat putih tak bernoda di depan sana. Kamu menahan langkah ragu, tak tahu arah. Kepalamu mulai berisik menganalisis. Apa yang sedang terjadi di depan sana? Mengapa kamu tidak bisa melihat apapun? Sebentar, apa yang salah? Jalan di depan sana, matamu, atau otakmu?
Kakimu semakin enggan melangkah. Kekosongan itu menyedotmu ke dalam pusaran tak dikenal. Pusaran yang membuatmu tidak senang tapi juga tidak sedih. Tidak bersemangat tapi tidak malas juga. Baik tubuh maupun pikiranmu tertahan di awang-awang dengan latar belakang serba putih.
Baru terpikir bahwa kekosongan lebih mengerikkan daripada yang kamu pikirkan selama ini. Kamu rindu garis-garis rumit menyerupai benang kusut yang selalu membuatmu menyeret kaki sepulang kerja. Kamu juga merindukan coretan abstrak pada catatan kuliah saat obrolan dosen menjadi super membosankan. Kamu rindu segala hal yang tidak kosong meskipun itu keluhan, cacian, tangisan bahkan kutukan. Kamu harus keluar dari kekosongan ini untuk segera kembali jadi manusia.
Cuaca sangat panas belakangan ini, kamu bisa saja menelpon teman dan mengajaknya minum segelas es kopi di kedai yang tak terlalu mahal harganya. Kamu bisa saja mengerjakan sisa-sisa pekerjaanmu yang belum tuntas. Bisa juga kamu membaca tumpukan buku yang belum tuntas kamu selami. Atau, seperti biasa kamu bisa menenggelamkan diri berpuluh-puluh menit dalam berbagai drama seri netflix. Namun, semua itu tidak lagi membuatmu tergugah.
Kekosongan menyihirmu menjadi makhluk hampa udara. Bernyawa namun tak bergairah.
Comments