Berita kehilangan datang silih berganti seperti gulungan ombak yang tak jemu menyapa bibir pantai. Tidak ada romasa di bulan Juni hingga Juli tahun ini. Semua orang menggantungkan baju hitam di dekatnya dan selalu bersiaga untuk yang terburuk. Ribuan kelopak bunga terhambur di atas gundukan tanah ini dan itu, di sana dan di sini. Kematian memang tak pernah terduga, terutama belakangan ini. Adakah yang lebih menyayat hati daripada perpisahan yang mendadak. Menduga bahwa orang tercinta masih akan ada dalam jamuan berbuka pada Ramadhan tahun depan. Orang-orang yang menonton tak bisa tak ikut larut, semua merasa itu seperti kisahnya. Di antara banyak kekhawatiran ini, kami semua menjalani hari, sekuat mungkin, sebiasa mungkin. Aku menyimpan sejenak berita-berita duka itu. Menaruhnya dalam akuarium kaca setengah bundar dengan kualitas nomor satu. Tentu di dalamnya, terlebih dahulu kuhamparkan kain beludru hitam dan lembut agar tidak membuat goresan pada berita duka. Lalu, k...
writing for healing