Waktu seringkali terasa berjalan cepat ketika kamu menengok kembali ke belakang. Sekarang kamu sudah di sini dengan segala ide, pikiran dan prioritas kehidupan. Dalam sehari, berapa banyak porsi waktu yang kamu peruntukkan bagi diri sendiri?
Kamu berpikir semakin dalam, sudah lupa kapan bersikap egois. Tunggu, kamu meralat. Memikirkan diri sendiri tidak sama dengan bersikap egois. Memikirkan diri sendiri artinya peduli. Jadi, seberapa banyak porsi itu?
Sedikit sekali.
Sebelum bekerja kamu banyak menghabiskan waktu scroll feed instagram, melihat kehidupan teman dekat sampai tokoh nasional yang keberadaannya nggak penting-penting amat buatmu. Tanpa sadar kamu sering memikirkan mereka. Apa yang mereka kerjakan hari ini, baju merk apa lagi yang mereka pamerkan, tempat wisata apa yang mereka kunjungi, kata-kata indah apa yang mereka posting, hingga isu politik nasional apa yang sedang hot.
Waktunya bekerja. Tentu saja di situ posisimu melayani orang lain.
Pulang kerja, kamu lelah. Scroll lagi sebagai bahan hiburan. Fitur 'Story' kembali menjadi pelarianmu. Video-video lucu anak teman, serangkaian gambar produk jualan yang laris manis, konten komedi hingga tragedi. Kamu selalu berpikir itu semua menghiburmu.
Malam menjelang. Kamu belum sempat juga memikirkan dirimu sendiri. Siapa dirimu, apa yang sebenarnya kamu tuju, dan hendak ke mana langkahmu berakhir. Sempat terpikir di kala sunyi sendiri. Namun kamu terlalu malas untuk memikirkannya. Besok sajalah, kilahmu.
Dunia berlari cepat seperti perlombaan marathon. Mereka, dunia, meninggalkanmu jauh di depan. Mereka membuat perubahan. Kamu hanya menonton. Kadang ada rasa getir. Jangan buru-buru ditepis. Rasakan dan resapi.
Hari ini, coba pikirkan kembali tentang dirimu sendiri. Terlalu banyak hidup orang lain yang kamu tonton. Sekarang saatnya. Ya, hanya sekarang.
Comments