Skip to main content

Mencari-cari Sumbu

Dulu, menulis cerita diam-diam dalam buku tulis merk Mirage menjadi kesenangan tersendiri buatku. Setiap kali memiliki waktu luang, aku akan mengambil pulpen dan kembali meneruskan cerita yang kubuat. Padahal dulu jika dipikir-pikir aku harus rela mengorbankan waktu istirahatku di sela waktu belajar, kegiatan di asrama dan kegiatan di organisasi. Semangat untuk meneruskan cerita, menambah konflik-konflik baru, riset latar tempat lewat ensiklopedia di perpustakaan, semuanya terasa berharga sekali sekarang.

Waktu luang ada, kemudahan mencari informasi punya, platform menulis mudah sekali menjangkaunya. Namun sumbu semangat itu terselip di antara kenangan-kenangan manis, tak kutemukan juga sampai hari ini. Menulis menjadi cita-cita yang ingin kulakukan, bukan lagi hobi yang senantiasa meletupkan kegembiraan buatku. 

Bagaimana denganmu? Ada sumbu yang hilang seperti itu?

Dulu kamu sangat menikmatinya tanpa beban apapun, bahkan pekerjaan itu yang menyumbangkan suntikan semangat pada hari-harimu. Sekarang, tidak lagi. 

Aku sudah berhenti menganalisis apa yang salah, faktor apa saja yang membuat seseorang tak lagi sama dengan dulu, atau bahkan mengorek-ngorek teori kebosanan. Aku sudah cukup dengan teori, sebaiknya kamu pun begitu. 

Jangan-jangan berbagai teori alias alasan itu yang menutupi sumbu. Jangan-jangan selama ini sumbu yang kita cari berada tepat di sebelah jempol kaki. Kamu hanya tidak punya api untuk menyalakannya. 

Sore ini, di antara deru hujan, aku masih mencari-cari sumbu. Tangan kiriku mengenggam korek api tak ingin dugaanku keliru. Api itu masih ada, sumbunya juga masih ada. Aku tinggal berjuang untuk mempertemukan keduanya. Semoga sumbunya tidak basah karena hujan di luar sana. 

Comments

Popular posts from this blog

Kabar Kematianku

Suatu hari, kamu akan membaca sebuah pengumuman tentang kepergianku melalui pesan whatsapp. Entah siapa yang pertama kali menyebarkannya, yang jelas saat itu kabar telah sampai di berbagai grup. Beberapa menit berselang ucapan istirj'a  datang silih berganti disertai do'a-doa seperti biasa: semoga amal diterima dan semoga keluarga kuat. Tentu saja saat itu tubuh kaku dan dinginku sudah tidak bisa ikut berkomentar atau sekedar mengaminkan do'a dari kalian. Saat itu aku mungkin baru selesai dimandikan dan hendak dibungkus dengan kain kafan.  Kamu mungkin lupa siapa aku. Atau mungkin kamu ingat-ingat lupa. Lalu membuka profil whatsappku, nihil, hanya ada gambar langit di sana. Lalu kamu mencoba menchat teman terdekat dan menanyakan siapa yang baru saja dikabarkan meninggal. Temanmu juga lupa tapi menyuruhmu mencari akun medsosnya. Kamu pun meluncur ke instargam, mencari di antara teman-temanmu namun tidak ada. Lalu kamu kembali ke pencarian, ah, namaku juga terlalu umum. Namun...

Sibuk adalah Obat

Kamu sudah tahu bahwa dirimu tidak bisa mengendalikan aliran perasaan. Namun kabar baiknya, kamu tahu kamu bisa mengendalikan apa yang kamu lakukan. Perasaan aneh itu terus mengalir melukai dirimu setiap detik. Tapi kamu mencoba mengalihkan fokus dengan tetap berjalan di atas kesibukan.  Tidak ada tepuk tangan atas keputusanmu itu. Tidak pula ada umpatan. Kamu berjalan seolah memang begini seharusnya. Kamu juga merasa tidak punya hak atas keluhan, apalagi menangis.  Kesibukan menggerus setiap menit dalam harimu, lebih menyakitkan dari perasaan itu. Lebih melelahkan, lebih menyesakkan. Kamu tidak peduli karena itu memang apa yang kamu mau. Rasa sakit yang dapat menutupi rasa sakit lainnya.  Di suatu malam, aku mengirim surat kepada angin. Malam itu juga sang angin menjawab bahwa kamu tidak sendirian. Ratusan, ribuan, ratus ribuan orang-orang yang pernah bertemu denganmu, mengobrol denganmu, atau bahkan hanya berpapasan denganmu, mereka semua mempunyai resep yang sama denga...

Mengenang Masa Pandemi

Rasanya seperti mimpi! Itu barangkali yang sering terlintas di benak setiap kali mengingat masa pandemi Covid-19 yang begitu mencekam. Masa-masa bekerja dari rumah itu, membuat setiap dari kita memiliki hobi baru. Bagiku ada satu channel Youtube yang hampir setiap hari kutonton. Saat ini aku lupa nama channelnya. Ia bercerita tentang keseharian ibu rumah tangga dan beberapa pemikiran yang cukup relate denganku. Begitu sukanya bahkan aku mencoba meniru konsep video youtube tersebut meskipun tentu saja jauuuuh sekali hasilnya.  Aku berencana menghapusnya dari drive komputer. Maka, aku lampirkan saja dua video itu, di sini. Citepok Ciamis