Sebenarnya ini kondisi yang jarang terjadi setelah menikah. Di awal-awal pernikahan, jam tidurku entah kenapa otomatis ikut jam tidur suami. Jam delapan sudah ngantuk sekali. Begitu punya anak, jam tidurku tak banyak berubah. Kelelahan di siang hari membuatku cepat terlelap sambil menidurkan si kecil. Meskipun seringkali aku terbangun di malam hari karena si kecil terbangun ingin menyusu.
Dua hari ke belakang tidurku sangat tidak nyenak. Aku bahkan dapat mengingat mimpiku secara detil. Mimpi yang kurang bagus. Begitu bangun tidur tubuhku lelah luar biasa. Aku tidak tahu apa penyebabnya.
Namun hari ini, tepatnya siang tadi, tidurku begitu nyenyak. Si kecil juga ikut-ikutan tidur. Dari sekitar pukul setengah dua sampai setengah lima. Sore harinya badanku segar dan aku sudah punya firasat tidurku malam ini akan sulit. Sengaja, aku meminum segelas es kopi, tapi itu pun bukan kopi banget karena persediaan kopi di rumah tinggal segitu, kurang lebih satu sendok teh saja.
Alhasil aku sulit tidur. Si kecil juga tumben, tidak terbangun berkali-kali. Momentum ini antara musibah dan anugerah. Di satu sisi aku takut besok tidak fit, padahal butuh tenaga full karena akan mengikuti devile pramuka. Di satu sisi aku merasa ini kesempatanku untuk me time. Tapi aku malah bingung, apa yang harus aku lakukan. Tentu saja aku menulis. Setelah ini mungkin aku akan sedikit beberes agar besok pagi tidak begitu hectic. Oh ya, mumpung masih jam 11 mungkin aku juga bisa memulai kegiatan hidroponik yang tertunda terus. Bye. Goodnight.
Comments