Sepertinya memang ada satu bagian yang belum sembuh pada diriku. Panggil saja ia luka tak bernama. Biasa saja, seperti orang lain, aku pun punya. Hari ini, aku tahu ia masih ada. Seperti sepenggal cerita yang lupa dihapus. Seperti bait puisi yang tak tuntas. Seperti pesan berakhir tanda koma.
Berangkat kerja, rasanya seperti mau masuk wajib militer. Tak jelas apa yang membuat enggan, yang jelas, perasaan tak menyenangkan itu sangat kentara. Mereka baik, tentu saja, setidaknya di depanku. Namun aku tidak mau bergabung. Aku tidak mau tahu cerita mereka lebih jauh. Aku tidak mau terlibat lebih dalam. Aku hanya ingin di duniaku sendiri. Datang, kerja, pulang. Dapat gaji.
Serius? Ga ada pemaknaan lebih dalam? kamu guru loh.
Untuk saat ini, aku ingin seperti ini dulu. Jujur sangatlah membantu dalam merilis emosi. Setidaknya aku bisa jujur pada diri sendiri. Sulit mengatakan ini pada pihak lain karena dari luar aku terlihat terlalu baik-baik saja. Daripada disalahpahami atau mendapat respon yang tidak sesuai harapan, lebih baik aku menulis. Writing is healing.
Aku tidak tahu tulisanku ini akan jadi apa kelak. Mungkin hanya seonggok sampah tak berguna. Namun yang terpenting, saat ini, tulisan ini, membantuku.
Aku tidak suka meja kerjaku berantakan, tapi itu terus berantakan dari hari ke hari dan aku tidak bisa menyelesaikannya. Aku stress soal itu.
Aku tidak suka rumah berantakan, tapi itu juga terus terjadi dan seolah tak ada yang peduli.
Aku tidak suka kulkasku bau, tapi aku juga terus menunda untuk menyelesaikannya. Sudah berbulan-bulan.
Aku selalu merasa kekurangan waktu. Tapi, benarkah? Aku merasa ada komponen dalam diriku yang rusak. Perlu diganti. Salah pasang. Tak tepat. Tapi, apa?
Buku apa yang perlu kubaca untuk menuntaskan diriku? Hei kamu, satu dari dua orang yang baca blogku yang tak berguna. Komen ya :D
Comments