Skip to main content

Hiu

Aku pernah merasa sangat kelabakan sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja. Ketika melihat tumpukan baju yang belum disetrika aku merasa stress. Ketika ingat ada cucian yang masih menumpuk, stress. Belum lagi keseharianku sebagai guru. Aku dikejar rasa bersalah setiap harinya. Tak jarang emosi itu menumpuk dan meluap pada suami. Hehe, maklum, dia yang paling sering kutemui di muka bumi ini sekarang.

Belakangan aku menyadari kuncinya. Aku mulai memaksa diri untuk mengosongkan tempat cucian dan tempat setrikaan. Jika waktu dikontrakan aku masih punya seseorang yang membantu pekerjaanku, setelah pindah ke rumah sendiri aku harus mengerjakan semuanya sendiri. Ya, dengan kata lain aku harus bergerak menuntaskan semua kekacauan di rumahku. Tak peduli sedang lelah atau ngantuk, aku harus mengerjakannya setiap hari. Perlahan, cucian tak lagi menggunung. Baju yang harus disetrika tak lagi kentara. Aku mulai menikmati kesibukanku. 

Meskipun memang lelah, tapi aku merasa tenang. Bahkan meskipun suami tidak sempat membantu, tidak ada perasaan baper atau diacuhkan. Aku sudah mengambil tanggung jawabku dan itu melegakan.

Aku menyimpulkan, hidup ini memang harus belajar dari hiu. bergerak atau mati

Comments

Popular posts from this blog

Hari-hariku Dua Bulan ke Belakang

Setiap bangun tidur, tubuhku terasa lelah bukan main. Namun di saat bersamaan, pikiranku langsung tertuju pada runtutan tugas pagi itu. "Ah, aku harus menanak nasi" "Aku juga harus memasak mpasi" "Sarapan pake apa ya?" "Mandi dulu deh, sekarang hari senin..." Setelah mandi Menanak nasi itu urutannya : nyuci beras, masak nasi, kukus nasi, mendinginkan nasi Bikin mpasi itu urutannya : cemplung nasi, cemplung lauk, sayur, bumbu, blender, masukin ke kontainer Masak lauk : kocok telur, bumbu-bumbu, goreng Manasin air : masukin air ke teko, simpan teko di kompor Di sela-sela itu, kalau si kecil tidak dijaga ayahnya, aku akan bolak-balik menjaganya. Lalu keringat sudah bercucuran lagi. Makan, sambil menyeduh kopi yang entah sempat diminum atau tidak. Lalu pakai baju, make up, sambil nonton tekotok. Biasanya di waktu-waktu ini pengasuh datang. Tiba-tiba saja lima menit lagi menuju pukul 7. Pulang kerja, badan sudah tentu cape, namun bahagia bertemu lagi ...

Comeback Home

Blogger pada akhirnya menjadi tempat pulangku. Meskipun budaya ngeblog sudah ketinggalan jaman, tapi nyatanya aku betah dan kembali lagi. Hampir dua tahun terakhir aku kelimpungan mengembalikan kebisaanku menulis jurnal. Terlebih tujuh bulan terakhir setelah si kecil lahir. Aku merasa sempat kehilangan diriku sendiri. Kemudian, lewat serangkaian peristiwa yang terjadi, aku kembali lagi. Laptopku si uti, rusak. Mati total dan enggan kembali kuhidupkan. Aku memilih mengalokasikan uangnya untuk membeli laptop baru. Inginnya membeli Lenovo Yoga Carbon yang warna casingnya putih itu, namun harganya belum bisa kujangkau. Ini saja dulu, Advan Soulmate bikinan Indonesia, harga 2,3 jutaan. Tidak perlu nyicil. Alhamdulillah. Hanya saja, kekurangannya, storagenya begitu kecil hanya 128 GB. Aku tak kehabisa akal. Kugunakan cloud untuk menyimpan data-data ke depan. Termasuk Diya 2024. Aku sudah jarang menulis, namun aku tidak ingin berhenti sama sekali. Akan kuusahakan terus menulis dengan modal la...

Aku... Tidak Suka Mengajar Saat Ini

 Sudah tujuh tahun lebih mengajar, dan inilah akhirnya, titik jenuh pertamaku yang sangat akut. Kupikir akan membaik di tahun baru ini. Nyatanya tidak. Sama saja kalau tidak semakin buruk. Aku tiba-tiba saja merasa lelah jika harus memikirkan rencana mengajar. Memikirkan urutan pembelajaran tidak lagi membuatku bersenang-senang.  Aku hanya ingin cepat pulang setiap hari. Burnout. Aku pusing sekali Ya Allah. Aku tidak ingin di sini. Tapi semuanya serba bertentangan. Aku akan tetap di sini bahkan 10 tahun ke depan. Toloong. Aku tidak suka mengajar hari ini. Semoga hanya hari ini.