Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2021

Romansaku Hari Ini

Berita kehilangan datang silih berganti seperti gulungan ombak yang tak jemu menyapa bibir pantai. Tidak ada romasa di bulan Juni hingga Juli tahun ini. Semua orang menggantungkan baju hitam di dekatnya dan selalu bersiaga untuk yang terburuk. Ribuan kelopak bunga terhambur di atas gundukan tanah ini dan itu, di sana dan di sini.  Kematian memang tak pernah terduga, terutama belakangan ini. Adakah yang lebih menyayat hati daripada perpisahan yang mendadak. Menduga bahwa orang tercinta masih akan ada dalam jamuan berbuka pada Ramadhan tahun depan. Orang-orang yang menonton tak bisa tak ikut larut, semua merasa itu seperti kisahnya. Di antara banyak kekhawatiran ini, kami semua menjalani hari, sekuat mungkin, sebiasa mungkin.  Aku menyimpan sejenak berita-berita duka itu. Menaruhnya dalam akuarium kaca setengah bundar dengan kualitas nomor satu. Tentu di dalamnya, terlebih dahulu kuhamparkan kain beludru hitam dan lembut agar tidak membuat goresan pada berita duka.  Lalu, kuciptakan roma

Menghadapi Diri

 Ada kalanya manusia sulit untuk menghadapi perasaannya sendiri. Seperti rasa kecewa, malu, sakit hati, takut, atau barangkali kesedihan yang mendalam. Pokoknya semua perasaan yang gak enak itu seperti masuk dulu ke saringan dan bisa ditolak kalau kita mau. Contohnya seperti saat melihat gambar korban tabrakan yang berlumuran darah dengan bentuk tubuh yang tak lagi utuh, kita langsung memejamkan mata dan memilih untuk menutup gambar tersebut.  Penolakan seperti itu adalah bentuk pertahanan sederhana diri kita. Tanpa disadari, seorang individu itu beneran kompleks banget loh. Satu jiwa dan raga, tapi sebenarnya banyak divisi dalam diri kita yang masing-masing punya peranan khusus. Ada "si selalu tegar", ada "si rapuh", ada "si perfeksionis", ada "si pendendam", ada "si logis" dan lain sebagainya. Namun semua yang dikerjakan oleh divisi-divisi itu, selalu mengarah pada satu tujuan: untuk melindungi diri.  Sejak dulu aku selalu mengkhayal

Kabar Kematianku

Suatu hari, kamu akan membaca sebuah pengumuman tentang kepergianku melalui pesan whatsapp. Entah siapa yang pertama kali menyebarkannya, yang jelas saat itu kabar telah sampai di berbagai grup. Beberapa menit berselang ucapan istirj'a  datang silih berganti disertai do'a-doa seperti biasa: semoga amal diterima dan semoga keluarga kuat. Tentu saja saat itu tubuh kaku dan dinginku sudah tidak bisa ikut berkomentar atau sekedar mengaminkan do'a dari kalian. Saat itu aku mungkin baru selesai dimandikan dan hendak dibungkus dengan kain kafan.  Kamu mungkin lupa siapa aku. Atau mungkin kamu ingat-ingat lupa. Lalu membuka profil whatsappku, nihil, hanya ada gambar langit di sana. Lalu kamu mencoba menchat teman terdekat dan menanyakan siapa yang baru saja dikabarkan meninggal. Temanmu juga lupa tapi menyuruhmu mencari akun medsosnya. Kamu pun meluncur ke instargam, mencari di antara teman-temanmu namun tidak ada. Lalu kamu kembali ke pencarian, ah, namaku juga terlalu umum. Namun