Jadi begini, aku... hm... hei, aku... lelah.
Ya, sama seperti rasa lelahmu, aku juga mengalami itu. Semua orang kelahan dan mencari cara masing-masing untuk mengatasinya. Bagiku, menulis mungkin satu dari sekian banyak cara agar aku tetap waras dalam keadaan lelah begini.
Aku berpikir bahwa mengeluh tentang rasa lelah itu tidak baik. Jadi aku tidak melakukannya. Aku memarahi diriku sendiri agar bersikap kuat. Ada orang yang harus kubantu. Bagaimana bisa aku kelelahan.
Seminggu terakhir adalah hari-hari yang bukan hanya melelahkan secara fisik, namun juga secara psikis. Aku harap bisa beristirahat penuh ketika kembali ke kamarku. Namun, manusia hanya mampu berencana, Allah yang menentukan. Rupanya aku masih belum boleh beristirahat. Keluargaku sakit dan aku merasa bertanggung jawab untuk bersiaga menyediakan apapun, melakukan apapun yang dibutuhkan. Aku sadar ini ujian, mengeluh bukan jawaban.
Maka aku memutuskan untuk berdiri bersama rasa lelah itu, berjalan beriringan, berbicara dan berteman. Aku menjadi tidak apa-apa di saat lelah kecuali menjadi lelah. Sudah tidak ingin mengeluh, apalagi menangis. Aku percaya kami akan berpisah suatu saat nanti.
Jadi aku ingin bilang, beruntung sekali kita yang masih diberikan rumah untuk berdiam diri saat lelah. Meskipun bukan istana, tapi rumah kita memiliki atap, dinding, pintu dan jendela yang baik. Meskipun untuk mencapai rumah kita juga kelelahan, tapi syukurlah masih ada tempat yang dituju. Itu saja sudah cukup, percaya deh.
Bagi kamu yang belum menemukan rumah, jangan berkecil hati. Perjalanan panjang dan tidak mudah membuatmu menjadi lebih kuat dan berarti. Semoga, rumah yang nanti kamu temukan bisa membayar semua lelah perjalanan itu. Selamat menempuh rasa lelah, aku berdo'a yang terbaik untukmu.
Comments