Malam ini hujan tidak turun, namun suhu dingin tetap datang menyelusup dari celah bawah pintu dan ventilasi. Rasanya ingin tetap terlentang berbalut selimut hangat. Namun aku tahu diri, kemewahan itu belum boleh kudapatkan.
Catatan kecil yang ditulis menggunakan spidol berbaris rapi dalam sticky note berwarna hijau. Mataku yang masih berat untuk dibuka membacanya satu persatu. Hari ini belum kucoret satupun tugas-tugas kecil itu. Tak ada pilihan kecuali bangun, membasuh wajah dengan air dingin dan kembali ke depan laptop.
Bagian dalam diriku gemar sekali menawar: "ayolah, jangan terlalu memaksakan diri. Teman-temanmu sudah tidur jam segini, mereka juga akan menyelesaikan tugas mereka tanpa memakai list tugas yang dicoret-coret begitu!" ia memintaku untuk kembali beristirahat, santai sambil membuka-buka ponsel.
Namun sisi keras kepalaku akan menang, seperti biasa. Rasanya hal-hal baik yang datang pada diriku tidak terlepas dari sikap ini: keras pada diri sendiri. Aku paling tidak bisa bersantai, hm mungkin ini akan terdengar agak pongah. Tapi serius, aku nggak bermaksud meninggikan diri. Kadang iri juga pada teman yang suka santai seharian. Jika itu terjadi padaku, artinya kondisi fisik atau psikisku sedang tidak baik.
Dalam keadaan normal, pikiranku berjalan sesibuk ibu kota Jakarta. Sejak membuka mata sampai mau tidur lagi, beragam pikiran berlalu-lalang di otakku. Jika aku tidak melakukan sesuatu, fokusku akan tumpah pada berbagai pikiran itu. Kadang baik, selebihnya tak berguna. Waktu terbuang percuma dan tugas-tugas terbengkalai.
Aku tahu diri, Allah menciptakan manusia dengan tipe seperti diriku pasti untuk berguna di suatu tempat. Paling tidak, di satu sudut tempat tertentu.
Ketika lelah, aku ingin pikiranku berhenti memikirkan apapun. Tapi itu sama saja seperti menyuruh laut untuk tidak membuat ombak. Untuk itu aku butuh pantai untuk menyandarkan hantaman pikiran-pikiranku. Di sini salah satunya.
Selamat malam. Semoga kamu tidur nyenak malam ini.
Comments