Hidupku ya hidupku. Hidupmu ya hidupmu. Hidup dia ya hidup dia. Daaaan seterusnya sampai semua subjek di muka bumi ini musnah.
"Ga apa-apa mereka terjerumus, yang penting aku baik"
"Mereka memilih jadi begitu kan pilihan, ya hormati aja, bukan urusan kita"
"Setiap orang punya pemikiran dan selera yang berbeda, kita nggak berhak nge-judge"
daaaaaaaaan kalimat-kalimat bernada sejenis lainnya sampai semua kata di KBBI habis terpakai.
Pernah mengomentari perilaku orang lain dengan kalimat seperti itu? Dari yang lugas sampai yang diperhalus, semua sebenarnya mengandung nilai yang sama: KETIDAKPEDULIAN.
Mungkin nggak ketika ada seorang anak nyoba minum minuman keras, terus ibunya bilang "nggak apa-apa lah itu pilihan dia, yang penting saya jadi ibu yang baik" Jawabannya hampir nggak mungkin. Kenapa? Karena setiap ibu di muka bumi ini mencintai anaknya.
Contoh lain, mungkin nggak ketika ada siswa yang tawuran, gurunya cuma komen "Setiap anak itu punya hobi masing-masing, kita hormati ajalah hobi dia tawuran, repot amat!" Jawabannya mungkin saja kalau si guru itu sudah tidak peduli pada siswanya. Tapi setiap guru yang mencintai siswanya, tentu nggak mungkin mengucapkan hal begitu.
Jadi apa?
Tidak peduli itu, salah satu ciri tidak adanya cinta di sana.
Jika negasinya dihilangkan, maka peduli adalah salah satu bentuk rasa cinta.
Bukankah rasa cinta itu seharusnya hadir dalam hubungan sesama muslim? Meskipun bukan keluarga atau kerabat dekat, bukankah identitas muslim cukup untuk membuat kita saling peduli? Apalagi kalau kenal betul dengan orangnya.
Kepedulian tidak terlontar dalam bentuk pujian dan kata-kata manis saja, kepedulian kadang harus menjelma sebagai kritik, teguran, sindiran halus maupun keras. Diperlukan kepekaan rasa untuk menerima kata-kata yang menyakitkan itu sebagai bentuk kepedulian.
Jika tidak disadari sekarang, mungkin saja nanti. Ketika butir-butir hikmah telah dianugerahkan kepada hati saudara kita itu. Jangan menyerah, karena kita tidak pernah tahu kalimat kita yang mana yang bisa membawa kebaikan bagi saudara kita.
Edisi-Serius-Amat ^ ^
Comments